Mengenang 20 Tahun Perjalanan karier Di Industri Farmasi

8 Agustus 1994, merupakan salah satu hari yang bersejarah dalam perjalanan kehidupan pribadi saya.  Yaa.. sejak tanggal tersebut, mulailah sebuah perjalanan panjang seorang anak manusia untuk mencoba merajut cita-cita, harapan dan masa depannya. Hari itu, untuk pertama kalinya, saya memasuki “dunia baru”, dunia nyata yang selama ini hanya ada dalam angan-angan saja… Tepat 20 tahun silam, seorang anak manusia, yang lahir dan besar di pelosok desa yang kering nan tandus… yang harus menempuh perjalanan sejauh lebih dari 10 KM dengan mengayuh sepeda onthel untuk dapat mengenyam pendidikan menengahnya, yang hanya bermodalkan tekad dan kemauan untuk kuliah di salah satu perguruan tinggi terbaik di negeri ini, mencoba menantang kerasnya kehidupan Ibukota.

Saya masih ingat betul, datang ke Ibukota naik kereta api ekonomi dari stasiun Lempuyangan, hanya berbekal ransel kumuh, berisi beberapa potong baju, 2 buah celana panjang dan kaos oblong. Sementara di dompet hanya terselip beberapa lembar uang yang jumlahnya tidak seberapa, sisa biaya wisuda/penyumpahan apoteker dari hasil jual motor HONDA C-70 yang telah setia menemani saya lebih dari 5 tahun di kota Gudeg ini. Motor ini pun bukanlah pemberian dari orang tua, namun merupakan hasil kerja keras saya yang tiap libur semester terpaksa tidak pulang kampung karena “setia” di laboratorium… hehehee. Kebetulan, tiap libur semester ada saja kegiatan yang dapat menghasilkan uang – untuk mempertahankan keberlangsungan kuliah saya. Bantu-bantu proyek dosen, penelitian, bahkan nulis di koran (tulisan saya pernah dimuat di Harian KOMPAS dan Harian SUARA KARYA lho.. hehehee). Semua saya lakukan agar cita-cita menjadi apoteker dapat saya raih…

Karena tidak punya uang untuk sekedar kost/sewa rumah, tidak ada pula sanak saudara di Jakarta – pada bulan-bulan pertama di Ibukota, saya nebeng hidup di tempat kakak angkatan saya di asrama POLRI Cipinang Jakarta Timur. Kebetulan waktu itu ada kakak kelas yang menjadi anggota POLRI dan tinggal di asrama tersebut. Lebih kurang 2 bulan saya tinggal bersama mereka, dengan segala suka dukanya. Karena lokasinya sangat jauh dari tempat saya bekerja, akhirnya saya memutuskan untuk pindah kost ke tempat yang lebih dekat dengan pabrik di mana saya bekerja..

BELAJAR.. BELAJAR DAN BELAJAR DI PT. ROCHE INDONESIA

roche_0Beberapa bulan sebelumnya, pada saat saya sedang PKL (Praktek Kerja Lapangan – sekarang PKPA) di Jakarta, saya sudah “menyebar” lamaran kerja di beberapa industri farmasi yang ada di Jakarta dan sekitarnya. Dari sekian banyak lamaran yang saya kirimkan, akhirnya salah satu perusahaan farmasi asing (PMA) di Indonesia, yaitu PT. ROCHE INDONESIA menerima saya sebagai karyawan, meskipun saat itu saya belum lulus ujian apoteker. Sungguh suatu kebanggaan tersendiri bagi saya, akhirnya cita-cita saya semenjak di bangku SMA, akhirnya dapat tercapai. Saya bekerja dan menjadi bagian dari salah satu perusahaan farmasi terbesar di dunia, yaitu F. Hoffmann – La Roche yang berkantor pusat di Basel – Swiss. Dan, mulailah fase baru dalam kehidupan saya, fase yang sangat menentukan dalam perjalanan hidup saya hingga saat ini.

Pada awal mula karier saya, saya ditugaskan sebagai IPC Pharmacist. Saya diminta oleh boss saya untuk merintis dan mengembangkan Departemen IPC, sebagai bagian penting dalam sistem produksi. Pada saat itu, IPC (In Process Control) BELUM-LAH menjadi suatu hal yang dianggap penting bagi kalangan industri farmasi, khususnya industri farmasi di Indonesia. Bahkan di beberapa perusahaan TIDAK ADA bagian IPC, kalaupun ada “hanya” ditempatkan sebagai “pekerjaan tambahan” seorang Supervisor Produksi. Di kantor pusat kami, di Basel, pada saat itu, IPC sudah merupakan departemen tersendiri yang terpisah dengan Departemen Produksi, yang dikepalai oleh seorang DOKTOR ahli farmasi. Tugas dan Fungsi utamanya adalah “sebagai jembatan” antara Departemen Produksi dan Departemen QC.

Salah satu foto kenangan di PT. ROCHE INDONESIA. Inagurasi Pembangunan Pabrik Baru yang dihadiri oleh COO F. Hoffmann - La Roche, Swiss. Coba tebak di mana saya dalam foto ini :)

Salah satu foto kenangan di PT. ROCHE INDONESIA.
Peresmian dan Inagurasi Pembangunan Pabrik Baru yang dihadiri oleh COO F. Hoffmann – La Roche, Swiss.
Coba tebak di mana saya dalam foto ini 🙂

Saya masih ingat betul, salah satu “pekerjaan penting” saat itu yang mana hal tersebut merupakan sesuatu yang masih sangat baru dikenal di kalangan industri farmasi, yaitu tentang VALIDASI. Bahkan di dalam buku CPOB yang berlaku saat itu (CPOB edisi tahun 1988), belum dikenal istilah validasi. Jadi, saya betul-betul belajar.. belajar dan belajar dengan sangat keras untuk memahami sekaligus mengimplementasikan pelaksanaan kegiatan validasi di perusahaan ini. Begitu banyak tantangan, hambatan dan kendala yang saya hadapi… namun berkat dukungan, bimbingan dan bantuan dari “guru-guru” saya, akhirnya pelan-pelan Departemen IPC bisa menjadi departemen yang establish.

Sebagai pharmacist termuda saat itu, selain bekerja, saya juga sering kali ditugaskan oleh perusahaan untuk mengikuti berbagai macam pelatihan, terutama terkait dengan CPOB, tekhnologi formulasi, mesin-mesin produksi, dan sebagainya. Sayapun belajar berbagai macam manajemen – Manajemen Produksi, Manajemen PPIC, Manajemen Sumber Daya Manusia, Pergudangan dan sebagainya. Sempat terbersit keinginan untuk sekolah S-2 Manajemen, namun apa daya, keuangan saya saat itu masih sangat minim. Cukuplah dengan mengikuti kursus tertulis Manajemen Produksi dan Operasi di sebuah lembaga pendidikan manajemen terbaik di Jakarta pada waktu itu.

Hampir 3 tahun saya bekerja di perusahaan ini. Sungguh buuaanyak sekali ilmu yang saya peroleh, yang tentu saja akan sangat “mewarnai” perjalanan karier saya kelak di kemudian hari. Dengan mempertimbangkan berbagai aspek, terutama terkait dengan perkembangan karier saya ke depannya, akhirnya saya memutuskan untuk resign dari perusahaan ini dengan posisi terakhir sebagai Supervisor di IPC Dept. Sungguh suatu kenangan yang teramat sangat manis dan sungguh sangat sulit untuk dilupakan….  but life must go on. Akhirnya pada tanggal 21 Mei 1997, terakhir kalinya saya menapakkan kaki di PT. Roche Indonesia. Terima kasih yang tak terhingga saya haturkan kepada “guru-guru saya di PTRI, Pak Sundoro Iswanto, Ibu Triyanti, Ibu Sri Sumantri (alm.), Mbak Atik Mardiyati, Ibu Umi Sapta Rini, Ibu Ella Nurlaela, Pak Indra Gandawidjaja, Ibu Emma Hermawati, beserta semua rekan-rekan di PTMI pada saat itu, terutama rekan dan partner saya mbak Wenny Gunarti  dan Mbak Sri Wahyuni, terima kasih semuaaaanya…

>

SERBA YANG PERTAMA DI PT. MERCK INDONESIA

Merck-logo

Perjalanan karier saya berikutnya adalah di PT. Merck Indonesia, sebuah perusahaan farmasi asing yang berkantor pusat di Darmstadt – Jerman. Jika di PTMI, saya lebih banyak bergumul dengan hal-hal yang terkait dengan validasi, kalibrasi, sampling dan sebagainya, maka perjalanan karier saya di PT. Merck Indonesia, banyak terkait langsung dengan PRODUKSI. Saya ditugaskan sebagai Production Assistant Manager, terutama terkait dengan sediaan Steril, Cream/Ointment, Sirup dan Coating. Untuk pertama kalinya, saya berkesempatan untuk belajar tentang produksi steril, yang mana di PTMI tidak ada jenis sediaan ini. Selain itu, saya juga berkesempatan untuk masuk dalam lingkaran manajemen perusahaan. Mulailah saya “berkenalan” dengan berbagai istilah manajemen yang kita kenal sekarang ini. Mulai dari belajar membuat SWOT analysis, Strategic Planning, Change Management, Merck Excellence, dan sebagainya.. Berbagai pelatihan tingkat manajerial yang ternyata sangat mempengaruhi kehidupan saya kelak di kemudian hari. Di perusahaan ini, saya juga sempat “berguru” kepada salah seorang pioneer industri farmasi di Indonesia. Seorang yang sangat disegani di jagat farmasi industri di Indonesia, yaitu Dr. Tjan Kian Seng, yang sering dipanggil Dr. Tjan. Seorang apoteker senior alumnus dari ITB dan Doktor Kimia dari Jerman.

Diskusi Strategic Planning bersama Dr. Tjan dan para Manager di PT. Merck Indonesia

Foto Kenangan Diskusi Strategic Planning bersama Dr. Tjan dan para Manager di PT. Merck Indonesia

Saya masih ingat pada waktu selasai masa percobaan 3 bulan pertama saya di PTMI. Saya diperintahkan untuk membuat tablet salut Metformin menggunakan mesin coating baru yang baru saja kami install. Setelah selesai, saya diminta untuk menghadap Dr. Tjan. Sore-sore setelah jam kerja sambil membawa sampel tablet yang sudah disalut. Tanpa banyak kata, beliau ambil sebutir tablet kemudian dimasukan ke dalam mulut beliau… “Oke.. saya kira cukup bagus, kamu bisa lanjut !”. Sudah begitu doang…  lalu saya diminta keluar ruangan. Tanpa ditanya ba bi bu, saya lulus percobaan dan diangkat jadi karyawan tetap… hahahaa.. itulah perkenalan pertama saya dengan Dr. Tjan. Hari-hari berikutnya, beliau menitipkan banyak buku kepada saya lewat sekretaris beliau untuk saya pelajari… ada buaanyak buku-buku, terutama tentang manajemen. Pada waktu saya mau mengembalikan buku-buku tersebut, beliau bilang.. “Ya sudah bukunya buat kamu saja… “. Sampai sekarang buku-buku tersebut masih saya simpan sebagai kenang-kenangan dari “guru” yang mengajarkan banyak hal kepada saya…

Selain Dr. Tjan, “guru” saya yang lain adalah Ibu Liliani Soegiarto, atasan saya langsung yang dengan sabar membimbing dan mengajari saya banyak hal. Yang terutama adalah belajar tentang kejujuran, ketelitian, dedikasi, kerja keras serta semangat pantang menyerah. Beliau juga mengajarkan kepada saya tentang kasih sayang kepada sesama. Pada akhirnya beliau mengundurkan diri dari perusahaan, memenuhi panggilan jiwa beliau untuk menjadi seorang pendeta.  Guru saya yang lain adalah Ibu Elly M. Asali dan Ibu Leni Liedarsino. Beliau berdua ini adalah tangan kanan Dr. Tjan, selain Ibu Liliani. Dari mereka semualah segala ilmu dan pengalaman saya peroleh. Orang-orang yang sangat pintar dan sangat ahli di bidangnya. Di tangan orang-orang inilah, PT. Merck Indonesia menjadi salah satu perusahaan farmasi terbesar dan terhormat di Indonesia pada saat itu.

Pada saat bekerja di PT. Merck indonesia inilah, untuk pertama kalinya (dan yang terakhir – InsyaAllah) saya mendapat istri yang setia menemani saya hingga saat ini. Pada saat di Merck ini pula saya pertama kali merasakan naik pesawat terbang (hahahaa.. saat itu tiket pesawat terbang sangaaat mahal), untuk pertama kali pula saya keluar negeri (meskipun hanya sebuah seminar di Singapura), dan untuk pertama kali pula saya mendapatkan seorang putri (anak saya satu-satunya)… semua serba yang pertama saya rasakan di PT. Merck, Tbk.

Pada saat saya bekerja di sini, terdapat peristiwa maha penting yang terjadi pada republik ini, yaitu meletusnya kerusuhan Mei 1998. Pada saat kerusuhan tersebut, banyak karyawan yang terjebak tidak bisa pulang ke rumah, termasuk saya. AKhirnya, saya pun harus “menginap” di kantor sambil menunggu kerusuhan reda. Pada saat itu, kami pun menjadi saksi lengsernya Presiden Soeharto yang telah berkuasa selama 32 tahun dan mulainya orde baru, yaitu orde reformasi. Di perusahaan ini saya pun turut menjadi saksi, Presiden Abdulrahman Wahid (Gus Dur) “dilengserkan” oleh Ketua MPR pada saat itu. Banyak sekali peristiwa bersejarah selama saya bekerja di perusahaan yang berada di daerah Pasar Rebo, Jakarta timur ini.

Meskipun saya sudah memperoleh segalanya di perusahaan ini, karier yang bagus, income yang layak, rekan kerja yang saling mendukung serta pendidikan dan kesempatan belajar yang sangat luas, namun pada akhirnya saya harus meninggalkan PTMI. Hal ini disebabkan karena istri dan putri tunggal kami lebih memilih untuk tinggal di Jogjakarta, sehingga setiap minggu saya harus pulang balik Jakarta – Jogja. Istilahnya PJKA = Pulang Jum’at Kembali Ahad… hahahaaa….

Dengan perasaan yang sangat berat, akhirnya di penghujung tahun 2001, tepatnya 31 Desember 2001, saya mengakhiri karier di salah perusahaan farmasi TERBAIK  yang pernah saya singgahi. Sungguh  suatu perasaan yang campur aduk, tatkala mengucakan selamat tinggal kepada semua sahabat di PTMI. Sandina Togatorop, partner kerja saya yang sekarang memilih jalan hidup untuk menjadi seorang entepreuner. Atik “Ara” Suryo Imbiyarawati, sekretaris Ibu Liliani/sekretaris produksi yang saat ini hidup berbahagia bersama 2 putrinya di Darmstadt – Jerman. Mbak Yuli Kristanti, yang juga meninggalkan Merck untuk memilih menjadi seorang konsultan dan entepreneur…. Ibu Diah Kamulan, sang Manager QC… Terima kasih kawan-kawan, telah memberikan warna dalam perjalanan karier saya…. Danke schon.

>

MEMATANGKAN DIRI DI PT. BERLICO MULIA FARMA

BMFKembali ke Jogjakarta, setelah sekian lama “merantau” di Ibukota, berkumpul kembali bersama anak dan istri sungguh suatu kebahagiaan yang tiada terkira. Saya pun berkesempatan menyaksikan tumbuh kembang putri tunggal kami, Di Jogjakarta inilah kami benar-benar memulai kembali segala sesuatunya dari titik nol, termasuk karier saya di industri farmasi.

Sangat berbeda dengan 2 perusahaan sebelumnya, di sini saya benar-benar menghadapi kondisi dan situasi yang sangat berbeda. Bukan saja “status” perusahaan yang bagaikan “bumi dan langit”, tapi juga sistem, manajemen, mesin-mesin produksi, suasana, termasuk orang-orang di dalamnya. Di awal-awal saya bergabung dengan perusahaan ini, ada rasa “gamang” yang teramat sangat yang saya rasakan. Bila biasanya, saya “dikelilingi” oleh orang-orang yang sudah sangat expert dan memang ahli di bidangnya, sekarang saya menghadapi situasi bahwa saya menjadi “gantungan” bagi semua orang. Jika biasanya saya hanyalah sebuah “sekrup kecil” dalam bisnis multi raksasa, sekarang saya-lah yang menjadi “dinamo penggerak” dari sistem tadi.   Di sini saya HARUS membuat sistem itu sendiri… segala urusan baik ke dalam maupun keluar, saya-lah yang harus meng-handle. Dari mulai pak RT, pak RW, pak Lurah, pak Camat, pak Bupati, Balai/Badan POM, KLH, sampai urusan dengan Bea Cukai, Kepolisian dan lain-lain… duuuh pokok-nya semua menjadi urusan saya… Dari mulai urusan CPOB, AMDAL, Ijin Industri sampe “tetek bengek”nya… hehehee…

Bersama-sama dengan Pak Irwan Setiono, Bu Kuntarti Yudarini dan juga Hartini, kami mencoba untuk mengembangkan perusahaan ini ke tingkat yang lebih tinggi. Berbagai upaya dan pembenahan kami lakukan, hingga pada akhirnya PT. Berlico Mulia Farma menjadi salah satu perusahaan farmasi di Indonesia pertama yang menerima sertifikat CPOB terbaru (pada saat itu disebut CPOB: 2006).

Selain itu, untuk pertama kalinya, saya juga membuka kerja sama dengan berbagai perguruan tinggi farmasi yang ada di Jogjakarta, Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat bahkan sampai ke Makassar. Hal ini kami dasari atas dasar kerja sama yang saling menguntungkan kedua belah pihak. Sudah tidak terhitung berapa banyak “alumni” PT. Berlico Mulia Farma yang sekarang juga berkiprah di industri farmasi. Mudah-mudahan sumbangsih kecil kami dapat memajukan industri farmasi di Indonesia, terutama terkait dengan penyiapan sumber daya manusianya.

Bersama anak-anak PKPA di PT. Berlico Mulia Farma

Bersama anak-anak PKPA di PT. Berlico Mulia Farma

Dengan berbagai pengalaman tersebut, saya berkesempatan untuk berbagi ilmu kepada teman-teman di perguruan tinggi, untuk memberikan pembekalan atau kuliah tamu di beberapa perguruan tinggi, terutama di wilayah Jogja dan sekitarnya. Saya juga berkesempatan untuk menulis sebuah buku yang diterbitkan pada tahun 2007, yaitu Manajemen Farmasi Industri. Namun sayangnya buku ini begitu terbit langsung dibajak oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab, sehingga menyurutkan niat saya untuk menyusun kembali kelanjutan buku ini… 😦

buku MFI

Ada pertemuan – tentu ada perpisahan, ada awal – ada akhir, pada akhirnya setelah melewati semua fase dalam kehidupan, saya pun harus meninggalkan PT. Berlico Mulia Farma ini, setelah 9 (sembilan) tahun dalam suka dan duka, termasuk jatuh bangun tatkala menghadapi berbagai macam persoalan… Sebuah tantangan baru menjelang… dengan berurai air mata, sebuah perpisahan manis di penghujung tahun 2010, akhirnya saya pun melangkahkan kaki meninggalkan berjuta kenangan di perusahaan ini…

Thanks to Fian, Subari, mbak Nurul, Pak Yanto..

Thanks to Fian, Subari, mbak Nurul, Pak Yanto, Antono dan semuuuaa… kerabat kerja di PT. BMF

>

THE REAL DEAL DI PT. IKAPHARMINDO PUTRAMAS

ikapharmindoKembali ke Ibukota, kembali menapaki kerasnya kehidupan kota metropolitan. Pada fase inilah tiba saatnya segala pelatihan, pengalaman, proses belajar dan penggemblengan selama bertahun-tahun dipertaruhkan. Yaa.. inilah dunia nyata.. inilah tantangan yang sebenar-benarnya… inilah saatnya pembuktian pengetahuan, kemampuan, keahlian dan juga “kelihaian” dalam menghadapi masalah. Sebuah tantangan besar dan juga pertaruhan besar baru saja dimulai….

Pada mulanya, saya dipercaya untuk memimpin salah satu dari 5 unit bisnis yang ada di PT. Ikapharmindo Putramas, yaitu Produksi Pharma II (Produk Steril dan Cream/Ointment). Sebuah tantangan yang cukup berat, mengingat sudah lama sekali saya tidak memegang produksi steril (sejak di PTMI). Namun sekali lagi, berkat gemblengan bertahun-tahun, didukung oleh kepemimpinan yang sangat bijaksana dari Pak Purwadi Dwijodarmanto selaku Direktur Produksi, Alhamdulillah tugas tersebut dapat saya emban dengan baik. Bahkan pada akhirnya, saya ditugaskan untuk memimpin seluruh divisi pabrik, setelah pak Purwadi mengundurkan diri dari perusahaan ini.

Acara perpisahan pak Purwadi di PT. Ikapharmindo Putramas

Acara perpisahan pak Purwadi di PT. Ikapharmindo Putramas

Sungguh suatu tantangan yang sangat luar biasa beratnya yang saya rasakan. Selain harus tetap support Divisi Marketing, saya pun mendapat “tugas tambahan” sebagai Project Manager dalam rangka  renovasi besar-besaran sesuai dengan yang dipersyaratkan untuk resertifikasi CPOB sediaan Steril Aseptis maupun non Aseptis. Tantangan, yang sebenarnya sudah hampir membuat saya menyerah di tengah jalan. Namun berkat dorongan dan semangat yang luar biasa dari kawan-kawan seperjuanganlah yang menyebabkan saya masih bertahan di perusahaan ini, terutama dari TRIO ANGELS (Bu Archi, Bu Reni dan Bu Santi) yang sampai sekarang menjadi teman curcol yang setia.. hahahahaaa

Trio Angel PT. Ikapharmindo Putramas

Trio Angels PT. Ikapharmindo Putramas. Terima kasih kawan…

Akhirnya dengan perjuangan maha berat, satu persatu sertifikat/surat ijin pun dapat kami peroleh. Dimulai dari Surat Ijin Produksi Alkes dan PKRT, Surat Ijin Fasilitas Bersama Kosmetik dan PKRT, Surat Ijin Industri Farmasi, Surat Ijin Industri Obat Tradisional, CPOB non-steril (resertifikasi) dan puncaknya adalah Sertifikasi CPOB Steril (non-Aseptis) Volume Besar dan Volume Kecil. Sebenarnya masih ada 1 lagi (utang saya), yaitu Sertifikasi Steril Aseptis, namun saya sudah keburu resign….

Sungguh suatu pengalaman yang sangat luar biasa bergabung dengan perusahaan sekelas PT. Ikapharmindo Putramas. Apalagi saya diberi beban yang sangat luar biasa. Saya harus menguasai secara detail dari A – Z, semua yang berhubungan dengan proses produksi, stock, problematika/permasalahan, regulasi dan sebagainya. Saya juga harus menguasai betul persyaratan CPOB, CPOTB, CPKB, PKRT/ALKES, dan sebagainya. Setiap saat harus “on call” sewaktu-waktu dibutuhkan oleh Direksi. Sekali lagi ini betul-betul sebuah REAL DEAL dalam kehidupan pribadi saya…

Pada saat saya memimpin Divisi pabrik, saya juga mengajukan proyek peremajaan mesin-mesin produksi. Sudah menjadi rahasia umum, bahwa mesin-mesin produksi PT. Ikapharmindo sudah kuno-kuno. Nah, bersamaan dengan proyek renovasi, saya bersama team juga mengajukan proyek peremajaan mesin-mesin. Tidak tanggung-tanggung, tidak kurang dari 15 mesin baru langsung kami beli pada saat itu, dengan dana tidak kurang dari Rp. 13 Milyard. Saya pun berkesempatan untuk melakukan FAT (Factory Acceptance Test) di Denmark dan Jerman.

FAT di Lytzen - Denmark

FAT di Lytzen – Denmark

FAT di Karlsruhe - Jerman

FAT di Karlsruhe – Jerman

Setelah proyek renovasi selesai, saya pun mengajukan pengunduran diri kepada Direksi PT. Ikapharmindo Putramas. Ada banyak expert yang menangani perusahaan ini sehingga saya yakin, pengunduran diri saya tidak akan berpengaruh terhadap roda perusahaan ini.

>

MENYONGSONG MASA DEPAN

Tanpa terasa, 20 tahun sudah perjalanan karier saya di industri farmasi. Suka-duka, jatuh-bangun, manis-getir sudah saya rasakan. Sungguh suatu perjalanan yang teramat sangat melelahkan, namun roda kehidupan terus berputar. Saat ini saya terikat komitmen dengan sebuah perusahaan farmasi di Jawa Timur. Entah sampai kapan, namun yang pasti, selama tenaga dan pikiran ini diperlukan, insyaAllah saya masih akan terus berkiprah di dunia yang sudah memberikan segalanya bagi saya dan keluarga saya ini.

PharmaBus1_0

Dua puluh tahun bukanlah waktu yang pendek, namun juga bukan waktu yang terlalu panjang. Mudah-mudahan sepenggal kisah ini dapat menjadi “kaca benggala” bagi saya pribadi untuk dapat menjadi pribadi yang lebih matang, lebih dewasa dan siap menghadapi perjalanan hidup  – yang insyaAllah – masih panjang terbentang… saya masih harus banyak belajar.. belajar dan belajar…. Semoga kisah perjalanan 20 tahun karier saya ini dapat menjadi semangat dan motivasi bagi teman-teman yang ingin mengembangkan karier di industri farmasi…

Semoga… Aamiien Ya Robbal ‘Alamin…

Salam hangat,

BP – 11.10.2014

2 thoughts on “Mengenang 20 Tahun Perjalanan karier Di Industri Farmasi

  1. yustin ariani

    Dear Pak Bambang… Perkenalkan pak, nama saya Yustin. Saya suka sekali membaca tulisan bapak apalagi yang berkaitan tentang Apoteker dan Industri Farmasi, karena bisa menambah wawasan saya tentang Industri Farmasi. Saat ini saya bekerja disebuah Industri farmasi Obat Tradisional di Gorontalo sebagai Apoteker Penanggungjawab. Masih baru sih pak, baru 2 tahun jalan.Sementaramasih UKOT, tp sekarang sedang membangun pabrik baru yang sesuai dengan CPOTB dan akan menuju IOT.

    Kalau bapak berkenan, saya ingin bertanya pak. Sebenarnya kalau di struktur organisasi Industri Obat Tradisional itu dibawah Departemen QA itu ada apa saja ya pak ? Karena saya minus pengalaman, maka saya buat dibawah Manajer QA ada Supervisor ISO Admin. Spv.QA sama Spv Audit Mutu. apakah itu sudah betul pak?

    Sebelumnya saya ucpakan terimakasih telah membaca email saya pak. dan syukur sekali kalau Bapak membalasnya di sela – sela kesibukan bapak.

    Best Regards Yustin Ariani

    Balas
  2. LLim

    One day you can publish an autobiografy. STRUGGLING LIFE of PHARMACIST. Very good article. God bless BP

    Balas

Tinggalkan komentar